Perjuangan Hidup Seorang Anak (Part II)

Sahabat SaPhire, sebelumnya ipul minta maaf kalau lanjutan cerita dari Perjuangan Hidup Seorang Anak (Part I) baru bisa ipul tulis. Kebetulan kemarin baru aja selesai Ujian Semester. Jadi waktunya digunakan buat belajar (ckckck-sedikit membela diri). Okey, kita lanjutkan ceritanya ya.... :)
(Lanjutan.....=>)
Bangku kelas 1 di tinggalkan dengan kegembiraan bercampur dengan kesedihan. Gembira karena apa yang diinginkan oleh sang ayah dapat terwujud namun sedih ketika teringat sang ayah pergi untuk selamanya dan tak akan kembali. Duduk di bangku kelas 2 sampai kelas 4 tidak banyak perbedaan keseharian Amin kecil hanya berangkat sekolah berjalan tanpa alas kaki, selalu menunggu kedatangan Srekel (kendaraan mesin pemotong kayu) bersama 2 sahabatnya Kempul dan Siroj. Kelas 2 dilalui dengan susah payah dibarengi prestasi selalu menjadi peringkat teratas karena ingin selalu membanggakan sang Ayah g sudah tiada. Kelas 3 dilalui dengan hasil yg tidak jauh berbeda hanya sempat tergeser oleh cewek yg dibarengi sedikit kecurangan dari seseorang yang terhormat. 
Awal masuk kelas 4 adalah perjuangan yg sebenarnya, Amin kecil menjadi satu-satunya anak lelaki yang ada di rumah karena ke-4 kakaknya sdah merantau. Dalam kondisi itu Amin kecil harus berusaha mencukupi uang sekolah dan makan sehari-hari. Siang hari sepulang dari sekolah Amin kecil harus siap membantu sang ibu untuk mencangkul sampai dengan memanen tanaman di sawah. Saat teman-teman seumuran dia menikmati sekolah madin (Sekolah agama) di sore hari si Amin kecil harus mencari kayu bakar dan Brambut (kulit padi) untuk dijual ke tetangga agar dapat uang buat bantu sang Ibu. Hal itu berlangsung sampai dengan kelas 6 Sd. Namun karena ketidak mampuan dari sisi sosial serta sedikit kecerdasannya dia memperoleh beasiswa yang bisa dia gunakan untuk membiayai biaya sekolahnya serta ke-2 adiknya. Dengan dibarengi prestasi peringkat teratas di kelasnya. Kelas 5 SD hampir sama dengan kegiatan kesehariannya, Sekolah, Sawah dan kebun. Yah, belajar dan bekerja keras itu sudah menjadi kebiasaan Amin kecil sejak kecil.
Duduk di kelas 6 SD Amin lalui hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Hanya saja saat itu Amin kecil mendapat sedikit tambahan uang saku dari Beasiswa berprestasi dari sekolah. Saat catur wulan ke-2 Amin ditunjuk untuk mewakili sekolahnya untuk mengikuti LCC Matematika tingkat Kecamatan. Dengan segala kekurangannya, Amin kecil mulai di tuntut untuk selalu belajar dan belajar agar dapatkan hasil terbaik.. Seleksi dimulai hasil yang hanya menempatkan Amin diposisi ke -3 sudah cukup mengantarkan ke tingkat Kabupaten. Namun hasil yang mengecewakan dia dapatkan disana ketika harus gugur di babak 20 besar dia duduk disamping seorang cewek yang memang dia takuti saat itu sampai-sampai rumus trigonometri untuk mencari besar sisi miringnya saja dia lupa.

Satu hal lagi yang jadi kenangan terindah saat 2 catur wulan terakhir dia bisa dapat nilai sempurna (10) di pelajaran Matematika. Dan satu hal yang mengharukan ketika menjelang akhir perpisahan seluruh murid di wajibkan untuk menulisakan sebuah cerita tentang CITA-CITA ku, hampir semua teman satu kelas menuliskan tentang cita-cita mereka untuk menjadi Guru, Polisi, Pilot, atau apapun yang hebat-hebat. Sangat berbeda ketika giliran Amin kecil menceritakan hasil tulisannya, dengan kepolosan dan logika realistiknya dia mengungkapkan Cita-citanya menjadi Petani sukses dengan sgudang rencana kalau dia ingin membantu orangtuanya di sawah kemudian bla,bla,bla,bla.... tidak ada sedikitpun terungkap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, SMP, SMA bahkan kuliah saat itu baginya hanya sebuah mimpi.

Kelulusan SD pun tiba, saat itu tidak ada seorangpun yang tahu siapa yang memperoleh NEM tertinggi. Baru ketika diakhir sesi perpisahan di umumkan dan nama yg keluar adalah nama si Amin kecil. Tetes air mata kebahagiaan keluar begitu saja dengan dibarengi ucapan selamat dari Bapak /  Ibu guru SD saat itu. Tidak itu saja, hadiah atas keberhasilannya pun diberikan sampai salah seorang Guru mengucapkan "besok Lanjut sekolah di SMP 1 bareng mas Joko ya" namun dengan kebodohannya Amin menjawab "saya mau kerja bantu Ibu". Sampai-sampai si Amin harus di datangi ke rumahnya agar mau melanjutkan sekolah. Namun karena kepolosannya dia masih saja bersikukuh untuk bekerja dan membantu Ibu.
Pada akhirnya dengan bujukan dari sang Paman dia diajak merantau ke Semarang, awalnya dikasih tahu mau diajak bekerja disana, tapi ternyata dia di daftarkan di salah satu sekolah di Semarang MTs Al Asror dan tinggal di Panti Asuhan serta Pondok Pesantren Al Bisri. (BERSAMBUNG..........)

Huft,.... Sahabat SaPhire, Ipul mohon maaf nih kalau ceritanya ndak sebagus karya anak2 sastra. soalnya Ipul anak sastra Angka jadi ndak ada materi ngarang... hehehe.... Baru cerita segini aja udah capek. Besok atau kapan2 kita lanjutkan lagi... yang berminat bantu ipul untuk rangkai cerita2 diatas dengan lebih bagus, ipul siap lo... :p
sekian dulu ya sahabat SaPhire.... sampai jumpa lagi... :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ceritanya bagus,,,,
dilnjutin yak ceritanya,,,,
semangath mas ipuuullllll,,,,,,
achan tunggu part III.nya yaaa.......

Posting Komentar