Perjuangan Hidup Seorang Anak (Part I)

Sahabat SaPhire, bismillah Ipul ingin ceritakan perjuangan hidup seorang anak yang penuh dengan rintangan dan pengorbanan yang mungkin tidak sehebat sahabat sekalian. cerita ini akan Ipul mulai dari dia dilahirkan. semoga bisa nyampe selesai. nantinya cerita ini akan Ipul buat bersambung, dengan harapan suatau saat akan menjadi cerita lengkap perjuangan hidup seorang anak Desa. ;')

Oke,, sahabat kita mulai aja ya... ;')

Sebut saja namanya Amin, tahun 1989 dia dilahirkan di muka bumi ini. Latar belakang keluarganya bisa disebut menengah kebawah atau bahkan tidak sampai tengah. (hehehe). Dia adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara, sebenarnya sih 8 bersaudara namun yang 1 meninggal saat masih berumur belum genap 1 minggu. Dia terlahir dari hubungan dua insan yang dipertemukan oleh Allah, Mustari (Alm) adalah seorang Pria tangguh, keras dan mempunyai keinginan tinggi agar semua anaknya sukses jalani hidup ini beliau adalah bapak Amin tercinta. Sriyati sosok Ibu dengan segala kesederhanaannya namun sanggup memberikan kasih sayang yang sangat kepada 7 anak nya yang saat itu di tinggalkan sang suami tercinta.

Amin adalah sosok anak yang mungkin sudah ditakdirkan menjadi anak yang benar-benar keras kepala dan tidak suka dengan yang namanya aturan yang belum dia ketahui alasan dan sebab akibatnya. Amin kecil sangat bandel bahkan waktu dia di ajak melakukan kebaikan harus selalu dengan paksaan sang Ayah tercinta bahkan dengan kekerasan pada saat itu. Sedikit cerita ketika Amin kecil diperintahkan ke masjid untuk sholat jama'ah dan mengaji Al-Qur'an selalu ada alasannya, dari ndak bawa peci sampai dengan alasan Ustazdnya ndak datang. Bukan itu saja teringat ketika Amin kecil di daftarkan sekolah di TK Darma Wanita (Jambon, Pulokulon, Grobogan) selalu dia mangkir bahkan selalu bolos sekolah. Imbalan dari semua yang dia lakukan tidak lain adalah tindakan keras dari sang Ayah. pernah dia dihajar sampai di ikat di tiang rumah karena kelakuan bandelnya itu. Saat di TK dia selalu berangkat sekolah bareng dengan kakaknya, Muslih namanya dengan tipikal yang sama kerasnya dengan sang Ayah,. berangkat bersama jalan kaki kira2 15 menit dari rumah untuk sampai di sekolah masing2 dengan uang saku Rp 50,00 buat berdua selalu dia bagi sama rata untuk beli Klenyem (makan desa).

Perpisahan sekolah TK tiba Amin kecil bukannya siap2 buat mengikuti acara tersebut melainkan ikut sibuk bermain karena pada saat itu keponakan pertama amin kecil lahir. jadi ya dianya mdak mau juga suruh berangkat sekolah. Dengan paksaan sang Ayah dengan diboncengkan sepeda jangki Amin kecil diantarkan ke sekolah untuk ikut perpisahan sekaligus pembagian masuk SD (karena saat itu ada 2 SD di desa Amin). Dengan tidak berseragam tanpa mandi juga Amin kecil tidak mau masuk ke kelas namun karena rasa takutnya pada sang Ayah, dia masuk dengan tangisan kecilnnya. perpisahan selesai dilanjutkan dengan pembagian masuk ke SD. Awalnya Amin kecil ditempatkan di SD N Karangharjo 2, namun karena permintaan sang Ayah yang menganggap SD 1 lebih bagus Amin pun dipindahkan ke SD N Karangharjo 1.

Kehidupan baru di SD Karangharjo dimulai dengan segala ketakutannya. Ibu Suryani adalah guru kelas 1 pada saat itu. Dengan sosoknya yang sedikit gemuk dan raut wajah galaknya ternyata sang Ibu Guru sayang juga sama kita2. Sambutan yang alakadarnya berlangsung, dengan dilanjutkan pelajaran yang mungkin saat itu lebih mudah dari pada saat sekarang. Hari berganti minggu, minggu berganti hari dilalui Amin kecil di kelas 1 SD dengan semangat pribadinya. Ada satu kejadian yang lucu dan masih teringat oleh Amin kecil sampai sekarang. Waktu itu ada pelajaran Matematika, kebetulan Amin kecil duduk 1 bangku bersama dengan Joko. Saat sang guru dengan asiknya memberikan penjelasan tetang pelajaran Amin kecil mencium bau Pesing dan ternyata ketika dicari bau itu bersal dari teman sebangkunya yang ngompol di celana (hehehehe), itu terjadi karena Joko takut untuk minta izin kebelakang (namanya juga anak kecil) maklum ya sahabat....

Tes CaWu (catur wulan) I tiba dan harus di ikuti oleh semua siswa. Tes berlangsung selama 1 minggu penuh, dan ada hal yang aneh karena pada saat Tes dari kelas 1-4 SD Amin kecil pasti harus sakit. bahkan pada saat Tes cawu I dia harus ikut tes susulan 2 mata pelajaran yang dia tinggal sakit sebelumnya. 1 minggu kemudian hasil tes cawu I di umumkan dan harus dimintakan tandatangan kepada orang tua. Dengan kepolosan Amin kecil, dia menghadap ke Ayah untuk meminta tanda tangan dan apa yang di dapatkan pada saat itu marah dan cacian dari ayah yang tidak puas dengan hasil belajar Amin kecil yang cuma dapat peringkat ke 10 dari 36 siswa. Begitu juga ketika cawu II masih mendapatkan bentakan dari sang Ayah karena hanya mendapatkan peringkat 8 dari 36 siswa. "Besok kalau Cawu 3 bisa dapet peringkat 1-3 bapak tumbaske Tas" itu yang dikatakan sang Ayah pada saat cawu ke-2 utuk memberikan semangat ke Amin kecil.

Setelah kejadian hasil tes cawu I dan II Amin kecil mulai belajar dengan sungguh2 walau pada saat itu dengan segala kekurangannya, berangkat sekolah tanpa alas kaki dan 1 buku cap banteng di temani 1/2 pencil kecil hasil dari minta sebagian dari sang kakak. akhirnya cawu III hasil yang di inginkan oelh sang Ayah tercinta pun bisa didapatkannya, peringkat I dari 36 siswa itu dia gapai dengan segala jerih payahnya. Namun sayang karena saat itu sang ayah sudah berada di tempat terindah disana. Yupz, dengan segala kasih sayangnya sang Ayah pergi dan tidak mungkin kembali. 

Teringat oleh Amin kecil, sore itu hari sabtu seluruh keluarga Ayah, Ibu, Mas Nur, Mbk Siti, Kang Sodiq, Kang Muslih, Amin kecil, Mutmainnah dan Yuli berkumpul untuk makan sore bersama. Sambil asik ngobrol dan bercanda bersama tiba2 sang Ayah memberikan pesan kepada semua keluarga agar besok pagi segera kembali ke rumah dan meninggalkan segala aktifitas diluar. Malam berlalu dengan tenang dan tidak ada tanda2 itu, Ayah berangkat ke Sawah, Ibu ke Pasar, mas dan mbk brgkat ke aktifitasnya masing2 begitu juga dengan Amin kecil, kang muslih dan ke-2 adiknya pergi bermain menikmati liburan hari minggu. Sekitar pukul 9 pagi Amin pulang ke rumah untuk mengambil kelereng buat main, namun apa yg dia dapati adalah pintu yang sudah terbuka padhal kunci masih ditangannya. pertama dia kira ada pencuri di dalam namun bukan itu melainkan sang Ayah yang terbaring lelah, saat itu Amin kecil diminta untuk memanggilkan nenek dan tetangga samping rumah. Dengan kepolosan Amin kecil yang ndak tahu ternyata bapak sakit dan saat itu hampir seluruh tetangga berkumpul di rumah atas permintaan sang Ayah. Waktu berlalu begitu cepat sang Ayah telah tiada utnuk selamanya meninggalkan Ibu dan ke-7 Anaknya. ;'(

Waktu berlalu hasil dari Cawu III menentukan kenaikan kelas, mulai saat itu mengharuskan seluruh keluarga bersama2 menjalani hidup tanpa seorang sosok pemimpin di keluarga...(Bersambung)

Sahabat SaPhire, ceritanya sampai disini dulu ya... nih udah waktunya untuk persiapan sholat jum'at dan ada sedikit tugas dari pak Dosen... semoga saja ceritanya bisa di sahabat... ;')

1 komentar:

Anonim mengatakan...

good story,,,,,,

tetep semnagath yak mas ipul!

Posting Komentar